Risalah Bab Puasa Lintas Madzhab Bagian 4
Puasa Madzhab Imam Hambali Syarat puasa ada 3 macam, yaitu : Syarat wajib saja. Syarat sah saja. Syarat wajib dan sah bersamaan. ...
Puasa Madzhab Imam Hambali
Syarat puasa ada 3 macam, yaitu :
- Syarat wajib saja.
- Syarat sah saja.
- Syarat wajib dan sah bersamaan.
1. Syarat Wajib Puasa
Syarat wajibnya puasa saja ada 3, yaitu :- Islam.
- Baligh.
- Mampu untuk berpuasa.
2. Syarat Sah Puasa Saja
Syarat sahnya puasa saja ada 3, yaitu :- Niat. Waktunya niat puasa wajib mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar shodiq. Apabila puasa sunnah, maka boleh niat pada siang harinya walaupun sudah lewat waktu Dzuhur. Di dalam niat puasa wajib menentukan jenis puasanya, (seperti Ramadhan, kafarat, dan lain-lain). Dan tidak wajib niat fardhiyah (kefardhuan), dan juga niatnya harus setiap malam untuk setiap harinya.
- Berhentinya darah haid.
- Berhentinya darah nifas.
3. Syarat Wajib Dan Sahnya Puasa Bersamaan
Syarat wajib dan sahnya puasa bersamaan ada 3, yaitu :- Islam.
- Berakal.
- Sudah tamyiz.
4. Rukunnya Puasa
Rukunnya puasa menurut madzhab Imam Abu Hambali ada 1, yaitu meninggalkan semua perkara yang dapat membatalkan puasa mulai terbitnya fajar shodiq sampai terbenamnya matahari.5. Perkara Yang Membatalkan Puasa
Perkara yang membatalkan puasa ada 7, yaitu :- Jima' (berhubungan badan) baik melalui qubul/ dubur, disengaja atau lupa, dipaksa ataupun kesalahan.
- Masuknya sesuatu ke dalam tubuh dengan disengaja, baik melalui mulut atau lainnya.
- Masuknya sesuatu ke otak dengan disengaja, seperti obat dan lain-lain.
- Sengaja mengeluarkan air mani, baik dengan tangan, atau dengan melihat secara berulang-ulang, atau dengan mencium atau meraba.
- Keluarnya madzi sebab memandang atau lainnya.
- Muntah dengan dipaksa walaupun sedikit.
- Bekam (hijamah) yang sampai mengeluarkan darah. Kecuali bekam (fashdu) maka tidak membatalkan puasa.
6. Wajib Qadha Dan Membayar Kafarat
Sebab-sebab seseorang terkena kewajiban mengqadha puasa serta membayar kafarat ada 2, yaitu :- Jima' (berhubungan badan) di bulan Ramadhan, baik melalui qubul/ dubur, disengaja atau lupa, dipaksa atau kesalahan, baik yang disetubuhi hidup atau mati, walaupun binatang. Dan wajib qadha serta membayar kafarat atas keduanya.
- Perempuan yang berhubungan dengan perempuan lain sehingga keluar air mani.
7. Wajib Qadha Tanpa Membayar Kafarat
Orang yang wajib mengqadha puasa saja tanpa membayar kafarat ada 6, yaitu :- Masuknya sesuatu ke dalam tubuh dengan disengaja, baik melalui mulut atau lainnya.
- Masuknya sesuatu ke otak dengan disengaja, seperti obat dan lain-lain.
- Sengaja mengeluarkan air mani, baik dengan tangan, atau dengan melihat secara berulang-ulang, atau dengan mencium atau meraba.
- Keluarnya madzi sebab memandang atau lainnya.
- Muntah dengan dipaksa walaupun sedikit.
- Bekam (hijamah) yang sampai mengeluarkan darah. Kecuali bekam (fashdu) maka tidak membatalkan puasa.
Wallahu a'lam.
Puasa Madzhab Imam Hanafi
Syarat puasa ada 3 macam, yaitu :
- Syarat Wajib.
- Syarat wajib melaksanakan.
- Syarat sah melaksanakan.
1. Syarat Wajib Puasa
Adapun syarat wajibnya puasa ada 3, yaitu :- Islam.
- Berakal.
- Sudah baligh.
2. Syarat Wajib Melaksanakan Puasa
Syarat wajib melaksanakan puasa ada 2, yaitu :- Sehat. Tidak wajib melaksanakan puasa bagi orang yang sedang sakit, akan tetapi ia wajib mengqadhanya apabila sudah sembuh.
- Bermukim. Tidak wajib melaksanakan puasa bagi orang yang sedang bepergian, akan tetapi ia wajib mengqadha.
3. Syarat Sah Melaksanakan Puasa
Syarat sah melaksanakan puasa ada 2, yaitu :- Suci dari haid dan nifas.
- Niat. Waktunya niat mulai terbenamnya matahari sampai sebelum masuk waktu Dzuhur. Pada puasa Ramadhan maka harus niat setiap hari. Adapun waktunya niat yang paling utama adalah malam harinya dan menyatakan niat/ puasanya.
4. Rukunnya Puasa
Rukunnya puasa menurut madzhab Imam Abu Hanifah ada 1, yaitu meninggalkan semua perkara yang dapat membatalkan puasa mulai terbitnya fajar shodiq sampai terbenamnya matahari.5. Perkara Yang Membatalkan Puasa
Perkara yang membatalkan puasa ada 6, yaitu :- Jima' (berhubungan badan) baik sempurna atau tidak.
- Masuknya sesuatu melalui mulut, baik makanan pokok atau tidak, ada udzur atau tidak, baik disengaja, dipaksa atau kesalahan. Apabila lupa maka tidak batal puasanya.
- Memasukkan air/ obat ke dalam tubuh dengan disuntikkan melalui dubur, hidung atau telinga.
- Muntah dengan sengaja.
- Haid.
- Nifas.
6. Wajib Qadha Dan Membayar Kafarat
Sebab-sebab seseorang terkena kewajiban mengqadha puasa serta membayar kafarat ada 2, yaitu :- Makan dan minum untuk kekuatan tanpa udzur syar'i.
- Jima' (berhubungan badan) yang sempurna.
- Adanya niat puasa di waktu malamnya.
- Tidak adanya sebab lain yang memperbolehkan berbuka puasa, seperti bepergian dan sakit.
- Kehendaknya sendiri (tidak dipaksa).
- Disengaja.
7. Wajib Qadha Tanpa Membayar Kafarat
Orang yang wajib mengqadha puasa saja tanpa membayar kafarat ada 8, yaitu :- Mengkonsumsi sesuatu yang bukan termasuk bersifat makanan/ minuman pokok, termasuk juga memasukkan obat.
- Mengkonsumsi makanan/ minuman pokok karena ada udzur syar'i, seperti sakit, bepergian, kesalahan atau dipaksa.
- Jima' (berhubungan badan) tidak sempurna. Seperti berhubungan dengan mayat, binatang atau anak kecil yang belum menimbulkan syahwat, termasuk keluarnya mani sebab berpelukan, ciuman, rabaan atau perempuan yang disetubuhi sedang tertidur.
- Memasukkan air/ obat ke dalam tubuh dengan menyuntikkannya melalui lubang kemaluan, hidung atau telinga.
- Masuknya air kumur ke dalam perut secara tak sengaja.
- Bercebok sehingga ada air yang masuk ke dalam melalui anus.
- Muntah dengan disengaja.
- Bagi perempuan yang tidak puasa karena haid atau nifas.
Wallahu a'lam.
Puasa Madzhab Imam Maliki
Puasa mempunyai syarat wajib saja, syarat sah saja dan syarat wajib serta syarat sah bersamaan.
1. Syarat Wajib Puasa saja
Adapun syarat wajibnya puasa saja ada 2, yaitu :- Sudah mukallaf/ baligh.
- Mampu mengerjakan puasa.
2. Syarat Sahnya Puasa Saja
Adapun syarat sahnya puasa saja ada 3, yaitu :- Islam.
- Waktunya menerima untuk dipuasani.
- Niat, menurut pendapat yang unggul. Adapun waktunya niat mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar shodiq. Tidak sah niat puasa apapun di siang harinya. Adapun puasa yang diwajibkan kelanjutannya, seperti puasa di bulan Ramadhan, puasa kafarat, maka niatnya boleh sekaligus (sebulan penuh/ dua bulan penuh) pada malam yang pertama.
3. Syarat Wajib Dan Sahnya Puasa Bersamaan
Adapun syarat wajib dan sahnya puasa bersamaan ada 3, yaitu :- Berakal.
- Suci dari darah haid dan nifas.
- Sudah masuk bulan Ramadhan.
4. Rukunnya Puasa
Adapun rukunnya puasa ada 1, yaitu menahan diri dari semua perkara yang dapat membatalkan puasa.5. Perkara Yang Membatalkan Puasa
Perkara yang membatalkan puasa ada 9, yaitu :- Jima' (berhubungan badan).
- Pingsan sehari penuh/ sebagian besar hari.
- Keluarnya mani sebab memandang/ membayangkan perempuan secara terus menerus.
- Keluar madzi dengan sengaja.
- Muntah dengan sengaja.
- Masuknya sesuatu ke dalam tenggorokan baik melalui mulut, telinga, mata dan hidung baik sengaja, lupa, kesalahan atau dipaksa. Seperti air kumur saat gosok gigi. Masuk dalam kategori di atas juga dupa dan kemenyan jika dihirup kuat-kuat sehingga masuk ke tenggorokan.
- Masuknya sesuatu ke pencernaan, baik cair atau tidak melalui atas (mulut) atau bawah (anus) baik disengaja, lupa, terlanjur, atau kesalahan.
- Haid.
- Nifas.
6. Wajib Qadha Dan Membayar Kafarat
Sebab-sebab seseorang terkena kewajiban mengqadha puasa serta membayar kafarat ada 5, yaitu :- Berhubungan badan di siang Ramadhan walaupun tidak keluar air mani.
- Keluarnya air mani disebabkan karena memandang atau membayangkan wanita secara terus menerus, dan sudah menjadi kebiasaannya apabila memandang/ membayangkan wanita secara terus menerus akan keluar air mani.
- Muntah dengan disengaja. Jika tidak disengaja tidak batal puasanya.
- Masuknya sesuatu ke tenggorokan baik melalui mulut, hidung, mata atau telinga dengan sengaja.
- Masuknya sesuatu ke pencernaan, baik cair atau tidak melalui atas (mulut) atau bawah (anus) dengan disengaja.
7. Wajib Qadha Tanpa Membayar Kafarat
Orang yang wajib mengqadha puasa saja tanpa membayar kafarat adalah orang yang membatalkan puasanya dan tidak memenuhi syarat-syarat wajibnya qadha serta kafarat seperti yang sudah dijelaskan di atas. Baik puasa di bulan Ramadhan, qadha Ramadhan, puasa kafarat dan puasa nadzar.8. Tidak Batal Puasa Dan Tidak Wajib Qadha
Sesuatu yang tidak membatalkan puasa dan tidak wajib qadha puasa diantaranya :- Muntah tidak disengaja dan tidak ada yang tertelan dari muntahan tersebut.
- Kemasukan debu/ tepung/ lalat ke tenggorokan.tanpa adanya kesengajaan.
- Sedang makan sahur, kemudian fajar shodiq terbit, seketika makanan yang masih ada di mulut langsung dibuang.
- Keluarnya air mani/ madzi tanpa disengaja.
- Menelan air ludah yang terkumpul di mulut, atau menelan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela gigi yang terbilang sedikit. Apabila terbilang banyak menurut pengadatan maka bisa membatalkan puasa.
Wallahu a'lam.
Puasa secara bahasa artinya menahan. Sedangkan secara istilah artinya menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai terbitnya fajar shodiq sampai terbenamnya matahari disertai niat tertentu. Puasa Ramadhan merupakan Rukun Islam yang ke-4.
Puasa Madzhab Imam Syafi'i
1. Hukum Puasa
- Wajib, yaitu puasa Ramadhan, puasa qadha, puasa nadzar, puasa kafarat
- Sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa 'Asyura dan lain-lain
- Makruh, yaitu menentukan puasa hanya hari Jum'at atau Sabtu atau Ahad saja tanpa disambung dengan hari sebelumnya atau sesudahnya
- Haram. Puasa dengan hukum haram terbagi menjadi dua,
- Tetap sah, yaitu puasa sunnahnya seorang istri tanpa seizin suaminya.
- Tidak sah, yaitu puasa pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan hari Tasyriq (tanggal 11, 12,13 Dzulhijjah).
2. Pelaksanaan Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila terdapat salah satu dari tanda 5, yaitu :- Menyempurnakan 30 hari bulan Sya'ban ketika tidak ada ketetapan Ramadhan pada malam tanggal 30 Sya'ban.
- Melihat sendiri hilal bulan Ramadhan pada malam tanggal 30 Sya'ban.
- Ketetapan Hakim (pemerintah) dengan berdasarkan penyaksiannya orang yang adil.
- Mendengar berita yang mutawatir (telah tersebar luas dari orang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, bahwa telah terjadi ru'yah hilal bulan Ramadhan).
- Dengan prasangka yang kuat dengan didasari tanda-tanda yang menunjukkan adanya ru'yah hilal, seperti orang yang sedang ditahan, diisolasi dan lain-lain.
3. Syarat-syarat Wajib Puasa
Syarat-syarat wajib puasa ada 5, yaitu :- Islam.
- Taqlif (Aqil baligh).
- Mampu mengerjakan puasa.
- Sehat. Tidak wajib puasa bagi orang yang sakit parah yang memperbolehkan tayamum, dan juga bagi orang yang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya.
- Muqim (bukan musafir). Boleh tidak berpuasa bagi orang yang bepergian dengan jarak ada 2 marhalah (83 km), dan bepergiannya bukan yang diharamkan secara syar'i, dan keluarnya sebelum fajar shodiq.
4. Syarat Sahnya Puasa
Syarat sahnya puasa ada 4, yaitu :- Islam.
- Berakal/ sudah tamyis (umur 7 tahun ke atas).
- Suci dari haid, nifas dan wiladah.
- Mengetahui bahwa waktunya menerima untuk dipuasani. Adapun waktu yang tidak menerima/ tidak sah untuk berpuasa yaitu pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan hari Tasyriq (tanggal 11, 12,13 Dzulhijjah).
5. Rukunnya Puasa
Rukunnya puasa ada 3, yaitu :- Niat di dalam hati dengan ketentuan sebagai berikut :
- Jika puasa fardhu, niat harus dilakukan di waktu malam, mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar shodiq.
- Untuk puasa fardhu yang lebih dari satu hari, maka niatnya harus setiap malam.
- Menyatakan status puasanya, (puasa Ramadhan, puasa nadzar, kafarat, Senin-Kamis, 'Asyura dan lain-lain). Adapun niat puasa Ramadhan yang utama adalah pada 1/3 akhir malam. Ini niatnya puasa Ramadhan,
- Menahan diri dari semua perkara yang dapat membatalkan puasa dalam keadaan ingat, tidak ada paksaan dan tidak bodoh yang ma'dzur (dimaafkan).
- Adanya orang yang berpuasa.
- Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta'ala.
Dan apabila malamnya lupa niat, maka paginya disunnahkan niat puasa Ramadhan seperti yang ada di madzhab Imam Abu Hanifah. Dengan catatan harus mengetahui syarat, rukun yang membatalkan puasa menurut madzhab Imam Abu Hanifah.
Orang yang berpuasa sunnah boleh niat setelah terbitnya fajar dan sebelum bergesernya matahari ke arah barat (waktu Dzuhur), dan belum melakukan hal yang membatalkan puasa.
6. Perkara Yang Membatalkan Puasa
Perkara yang dapat membatalkan puasa ada 11, yaitu :- Masuknya suatu benda melalui lubang-lubang tubuh, seperti mulut, kedua telinga, hidung, qubul dan dubur.
- Murtad walaupun sebentar.
- Haid.
- Nifas.
- Wiladah (melahirkan).
- Gila walaupun sebentar.
- Mabuk di siang hari penuh.
- Pingsan di siang hari penuh.
- Muntah dengan disengaja.
- Mengeluarkan sperma dengan disengaja (onani).
- Jima' (berhubungan badan).
7. Wajib Qadha Puasa Dan Membayar Kafarat
Diwajibkan mengqadha puasa dan membayar kafarat serta ta'zir (teguran keras) terhadap orang yang membatalkan puasa di siang hari di bulan Ramadhan dengan berjima' (berhubungan badan). Diwajibkan membayar kafarat dengan beberapa syarat, yaitu :- Niat berpuasa pada malamnya.
- Sengaja melakukannya. Apabila lupa maka tidak batal puasanya dan tidak wajib membayar kafarat.
- Kehendaknya sendiri, tidak dipaksa. Apabila dipaksa maka tidak batal puasanya dan tidak wajib membayar kafarat.
- Batalnya puasa sebab jima' sendirinya, tidak ada sebab yang lain. Apabila ada sebab lain, seperti makan, minum terlebih dahulu, maka tidak wajib membayar kafarat.
- Mengetahui keharamannya jima' di siang Ramadhan.
- Orang laki-laki yang wajib membayar kafarat. Perempuan tidak wajib membayar kafarat, hanya qadha saja.
- Yang dibatalkan adalah puasa Ramadhan.
- Puasanya di bulan Ramadhan.
- Berdosa dalam jima'nya. Seorang musafir jika berjima' dengan niat mengambil keringanan, maka tidak wajib membayar kafarat.
- Tidak ada keraguan di dalam jima'nya. Apabila ada keraguan, seperti mengira masih malam ternyata sudah pagi, maka tidak wajib membayar kafarat, hanya qadha saja.
8. Wajib Qadha Serta Imsak
Wajib mengqadha puasa serta wajib imsak (menahan diri dari melakukan perkara yang membatalkan puasa), ada 6 tempat, yaitu :- Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.
- Terhadap orang yang lupa niat puasa Ramadhan pada waktu malam.
- Terhadap orang yang bersahur dengan mengira masih malam, ternyata sudah pagi (fajar shodiq sudah terbit).
- Terhadap orang yang berbuka dengan mengira matahari sudah terbenam, ternyata matahari belum terbenam.
- Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir bulan Sya'ban tanggal 30, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.
- Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur atau air yang dimasukkan ke hidung ketika wudhu, yang keduanya dilakukan secara mubalaghoh (bersemangat).
9. Wajib Qadha Dan Membayar Fidyah
Orang yang berkewajiban mengqadha puasa serta membayar fidyah ada dua, yaitu :- Orang yang berbuka karena khawatir terhadap orang lain, seperti ibu hamil yang khawatir akan timbul dampak negatif terhadap janinnya atau khawatir ASInya akan berkurang.
- Orang yang mengakhirkan qadha puasa Ramadhan hingga datang bulan Ramadhan berikutnya.
10. Wajib Qadha Tanpa Membayar Fidyah
Orang yang wajib mengqadha puasa saja tanpa membayar fidyah ada 6, yaitu :- Orang sakit yang masih diharapkan kesembuhannya.
- Orang yang bepergian dengan syarat-syaratnya.
- Orang yang tidak niat puasa di malamnya, baik disengaja atau tidak disengaja.
- Wanita yang haid atau nifas.
- Ibu hamil atau yang menyusui yang khawatir terhadap keselamatan dirinya sendiri, atau khawatir terhadap dirinya serta janinnya atau serta anak yang disusuinya.
- Orang yang sengaja tidak puasa/ berbuka tanpa ada halangan.
11. Wajib Fidyah Tanpa Wajib Qadha
Orang yang wajib membayar fidyah tanpa wajib mengqadha puasa Ramadhan ada 2, yaitu :- Orang yang sudah terlalu tua dan tidak mampu berpuasa.
- Orang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya.
12. Tidak Wajib Qadha Dan Tidak Wajib Membayar Fidyah
Orang yang tidak wajib mengqadha puasa serta tidak wajib membayar fidyah yaitu bagi orang gila yang tidak disengaja.Catatan :
- Fidyah adalah denda sebab meninggalkan puasa Ramadhan berupa 1 mud ( kurang lebih 7 ons) dari makanan pokok yang mencukupi dalam zakat fitrah. Jumlah fidyah harus sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
- Orang yang meninggal yang masih mempunyai tanggungan puasa wajib dengan tanpa udzur, padahal sebelum meninggal dia mempunyai kesempatan mengqadhanya, maka puasanya dapat diganti dengan membayar fidyah atau diqadha oleh ahli waris atau kerabatnya.
- Pembayaran fidyah diambilkan dari tirkahnya si mayit, jadi tirkahnya mayit tidak boleh dibagi waris dulu sebelum hutangnya kepada Allah (fidyah) atau hutang kepada anak Adam dilunasi terlebih dahulu.
- Fidyah harus diberikan kepada fakir miskin. Jika seseorang memiliki tanggungan membayar fidyah sebanyak 5 mud, maka boleh dibayar sekaligus dalam satu waktu atau diangsur selama 5 hari, dan boleh diberikan kepada satu atau lima orang fakir miskin.
Wallahu a'lam.
Aqidatul Awam adalah salah satu kitab yang membahas tentang tauhid karya ulama besar dan waliyullah Syeikh Sayyid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Hasani. Bacaan Aqidatul Awam sendiri sangat populer dan hampir selalu diajarkan di berbagai madrasah atau pondok pesantren di seluruh dunia termasuk di Indonesia. kitab Aqidatul Awam sendiri liriknya secara umum menjelaskan tentang dasar ilmu tauhid dan akidah sehingga di berbagai sekolah Islam diajarkan sejak dini dan diwajibkan untuk menghafalnya.
Bahkan kini Nadhom Aqidatul Awam sudah mulai dilagukan sebagai qasidah dalam acara-acara shalawatan untuk memperkuat akidah umat Islam. jika berbicara mengenai makna dan syarah dari Aqidatul Awam, semuanya telah beliau rincikan dalam sebuah kitab syarah yang diberi nama "Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam". Syair Aqidatul Awam ini sendiri diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ kepada Syeikh Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki di dalam mimpinya.
Bermula dari mimpi Syeikh Ahmad Al-Marzuki pada malam Jum'at pertama di bulan Rajab tahun 1258 yang bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rasulullah ﷺ berkata kepada Syeikh Ahmad Al-Marzuki, “Tulislah Nadhom Tauhid“ Barangsiapa yang menghafalnya dia akan masuk ke dalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.” Syeikh Ahmad Al-Marzuki pun bingung dan bertanya kepada Rasulullah ﷺ ”Nadhom apa ya Rasulullah..??". Para sahabat menjawab, ”Dengarkan saja apa yang akan Rasulullah ﷺ ucapkan”. Nabi Muhammad ﷺ berkata, ”Ucapkan..
Maka Syeikh Ahmad Al-Marzuki pun mengucapkan
Sampai dengan akhir nadhom yaitu
Nabi Muhammad ﷺ pada saat itu mendengarkan bacaan Syeikh Ahmad Al-Marzuki, maka saat itupula Syeikh Ahmad Al-Marzuki terbangun dari tidurnya dan beliau baca apa apa yang terjadi dalam mimpinya, dan ternyata nadhom tersebut telah terekam rapi dari awal sampai akhir nadhom.
Nadhom tauhid yang telah diberikan Rasulullah kepada Syeikh Ahmad Al-Marzuki, beliau tuangkan dalam sebuah kitab yang diberi nama “Aqidatul Awam” (Aqidah untuk orang awam). Selang beberapa waktu lamanya Syeikh Ahmad Al-Marzuki bermimpi kembali bertemu dengan Rasulullah ﷺ, dan Rasulullah ﷺ berkata, ”Bacalah apa yang telah kau kumpulkan di hatimu (pikiranmu)”, lalu Syeikh Ahmad Al-Marzuki berdiri membacanya dari awal sampai akhir nadhom dan para Sahabat Rasulullah di samping Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan “Aamiin” pada setiap bait-bait nadhom ini dibacakan. Setelah selesai Syeikh Ahmad Al-Marzuki menyelesaikan bacaannya, Nabi Muhammad ﷺ berkata kepadanya dan mendo'akannnya: ”Semoga Allah memberimu taufiq kepada hal-hal yang menjadi ridho-Nya dan menerimanya itu darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan menjadikannya berguna kepada hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala aamiinn”.
Kitab Nadhom Aqidatul Awam semula hanya berisi 26 bait, namun karena rasa cinta dan rindunya Syeikh Ahmad Al-Marzuki kepada Nabi Muhammad ﷺ maka beliau menambahkan hingga mencapai 57 bait nadhom…
Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan Mansyur bin Sayyid Muhammad Al-Marzuqi Al-Hasani dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir. Beliau sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian dan kecerdasannya Syeikh Ahmad Al-Marzuki diangkat menjadi Mufti Madzhab Al-Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261, Syeikh Ahmad Al-Marzuki juga terkenal sebagai seorang pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Al-Fuzi.
Bermula dari mimpi Syeikh Ahmad Al-Marzuki pada malam Jum'at pertama di bulan Rajab tahun 1258 yang bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rasulullah ﷺ berkata kepada Syeikh Ahmad Al-Marzuki, “Tulislah Nadhom Tauhid“ Barangsiapa yang menghafalnya dia akan masuk ke dalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.” Syeikh Ahmad Al-Marzuki pun bingung dan bertanya kepada Rasulullah ﷺ ”Nadhom apa ya Rasulullah..??". Para sahabat menjawab, ”Dengarkan saja apa yang akan Rasulullah ﷺ ucapkan”. Nabi Muhammad ﷺ berkata, ”Ucapkan..
أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَنِ
Maka Syeikh Ahmad Al-Marzuki pun mengucapkan
أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَنِ
Sampai dengan akhir nadhom yaitu
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ
فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
Nabi Muhammad ﷺ pada saat itu mendengarkan bacaan Syeikh Ahmad Al-Marzuki, maka saat itupula Syeikh Ahmad Al-Marzuki terbangun dari tidurnya dan beliau baca apa apa yang terjadi dalam mimpinya, dan ternyata nadhom tersebut telah terekam rapi dari awal sampai akhir nadhom.
Nadhom tauhid yang telah diberikan Rasulullah kepada Syeikh Ahmad Al-Marzuki, beliau tuangkan dalam sebuah kitab yang diberi nama “Aqidatul Awam” (Aqidah untuk orang awam). Selang beberapa waktu lamanya Syeikh Ahmad Al-Marzuki bermimpi kembali bertemu dengan Rasulullah ﷺ, dan Rasulullah ﷺ berkata, ”Bacalah apa yang telah kau kumpulkan di hatimu (pikiranmu)”, lalu Syeikh Ahmad Al-Marzuki berdiri membacanya dari awal sampai akhir nadhom dan para Sahabat Rasulullah di samping Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan “Aamiin” pada setiap bait-bait nadhom ini dibacakan. Setelah selesai Syeikh Ahmad Al-Marzuki menyelesaikan bacaannya, Nabi Muhammad ﷺ berkata kepadanya dan mendo'akannnya: ”Semoga Allah memberimu taufiq kepada hal-hal yang menjadi ridho-Nya dan menerimanya itu darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan menjadikannya berguna kepada hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala aamiinn”.
Kitab Nadhom Aqidatul Awam semula hanya berisi 26 bait, namun karena rasa cinta dan rindunya Syeikh Ahmad Al-Marzuki kepada Nabi Muhammad ﷺ maka beliau menambahkan hingga mencapai 57 bait nadhom…
Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan Mansyur bin Sayyid Muhammad Al-Marzuqi Al-Hasani dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir. Beliau sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian dan kecerdasannya Syeikh Ahmad Al-Marzuki diangkat menjadi Mufti Madzhab Al-Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261, Syeikh Ahmad Al-Marzuki juga terkenal sebagai seorang pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Al-Fuzi.
عَقِيْدَةِ الْعَوَامِ نَظْمُ الشَّيْخِ أَحْمَدَ الْمَرْزُوْقِيِّ اْلمَالِكِيِّ
أَبْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالرَّحْـمَنِ * وَبِالرَّحِـيْـمِ دَائـِمِ اْلإِحْـسَانِ
Abdau bismillahi wa rohmani - wa birohimi daimil ihsani
فَالْحَـمْـدُ ِللهِ الْـقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ * اَلآخِـرِ الْبَـاقـِيْ بِلاَ تَحَـوُّلِ
Falhamdulillahil qodimil awali - al akhiril baqi bila tahawuli
ثُمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَـرْمَدَا * عَلَى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا
Tsuma sholatu wassalamu sarmada - ‘ala nabiyi khoiri man qod wahada
وَآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ * سَـبِيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Wa alihi washohbihi waman tabi’ - sabiladinil haqi ghoiro mubtadi
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ * مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِشْـرِيْنَ صِفَهْ
Waba’du fa’lam bi wujubil ma’rifah - min wajibi lillahi ‘isrina shifah
فَاللهُ مَوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي * مُخَالـِفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْلاَقِ
Fallohu maujudun qodimun baqi - mukholiful lilkholqi bil itlaqi
وَقَـائِمٌ غَـنِيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ * قَـادِرْ مُـرِيْـدٌ عَـالِمٌ بِكُلِّ شَيْ
Waqoimun ghoni wa wahidun wahay - qodir muridun ‘alimun biqulisyai
سَـمِـيْعٌ اْلبَصِـيْرُ وَالْمُتَكَلِّـمُ * لَهُ صِـفَاتٌ سَـبْعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
Sami’unil bashiru wal mutakalimu - lahu shifatun sab’atun tantadhimu
فَقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ * حَـيَـاةٌ الْعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
Faqud rotun irodatun sam’un bashor - hayatunil ‘ilmu kalamu nistamar
وَجَائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ * تَـرْكٌ لـِكُلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Wajaizun bifadhlihi wa’adlihi - tarkullikuli mumkinin kafi’lihi
أَرْسَـلَ أَنْبِيَا ذَوِي فَـطَـانَـهْ * بِالصِّـدْقِ وَالتَـبْلِـيْغِ وَاْلأَمَانَهْ
Arsala ambiya dawi fatonah - bishidqi wattablighi wal amanah
وَجَـائِزٌ فِي حَـقِّهِمْ مِنْ عَرَضِ * بِغَيْـرِ نَقْصٍ كَخَـفِيْفِ الْمَرَضِ
Wajaizun fi haqihim min ‘arodhi - min ghoiri naqshin kakhofi fil marodhi
عِصْـمَـتُهُمْ كَسَائِرِ الْمَلاَئِكَهْ * وَاجِـبَـةٌ وَفَاضَلُوا الْمَـلاَئِكَهْ
‘Ismatuhum kasairil malaikat - wajibatun wa fadholul malaikat
وَالْمُسْـتَحِيْلُ ضِدُّ كُلِّ وَاجِبِ * فَاحْفَظْ لِخَمْسِـيْنَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ
Wal mustahilu dhidu kulli wajibi - fahfadh likhomsina bihukmin wajibi
تَفْصِيْلُ خَمْسَةٍ وَعِشْـرِيْنَ لَزِمْ * كُـلَّ مُـكَلَّـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ
Tafshilu khomsatin wa ‘isrina lazim - kula mukalafin fahaqqiq waghtanim
هُمْ آدَمٌ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُـوْدُ مَعْ * صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُلٌّ مُـتَّبَعْ
Hum adamun idrisun nuhun hudu ma’ - sholih wa ibrohimu kullu mutaba’
لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيْلُ اِسْحَاقُ كَذَا * يَعْقُوبُ يُوسُـفُ وَأَيُّوْبُ احْتَذَى
Luthun wa isma’ilu ishaqu kadza - ya’qubu yusufu wa ayubuhtadza
شُعَيْبُ هَارُوْنُ وَمُوْسَى وَالْيَسَعْ * ذُو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمَانُ اتَّـبَعْ
Syu’aibu haruna wamusa wal yasa’ - dzulkifli dawudu sulaimanuttaba’
إلْيَـاسُ يُوْنُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى * عِيْسَـى وَطَـهَ خَاتِمٌ دَعْ غَـيَّا
Ilyasu yunusu zakariya yahya - ‘isa wa thoha khotimun da’ ghoya
عَلَـيْهِمُ الصَّـلاَةُ وَالسَّـلاَمُ * وَآلِـهِمْ مـَا دَامَـتِ اْلأَيـَّـامُ
‘Alaihimu sholatu wasalamu - wa alihi madamatil ayamu
وَالْمَـلَكُ الَّـذِيْ بِلاَ أَبٍ وَأُمْ * لاَ أَكْلَ لاَ شُـرْبَ وَلاَ نَوْمَ لَـهُمْ
Wal malakuladzi bila abi wa um - la aklala syurba wala mauma lahum
تَفْـصِـيْلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيْلُ * مِـيْـكَـالُ اِسْـرَافِيْلُ عِزْرَائِيْلُ
Tafshilu ‘asyrimmihumu jibrilu - mikalu isrofilu ‘izroilu
مُنْـكَرْ نَكِـيْرٌ وَرَقِيْبٌ وَكَذَا * عَتِـيْدٌ مَالِكٌ ورِضْوَانُ احْتَـذَى
Munkar nakirun wa roqibun wakadza - ‘atidun malikun waridhwanuhtada
أَرْبَـعَـةٌ مِنْ كُتُبٍ تَـفْصِيْلُهَا * تَوْارَةُ مُوْسَى بِالْهُدَى تَـنْـزِيْلُهَا
Arba’atun min kutubin tafsiluha - taurotu musa bil huda tanziluha
زَبُـوْرُ دَاوُدَ وَاِنْجِـيْـلُ عَلَى * عِيْـسَى وَفُـرْقَانُ عَلَى خَيْرِ الْمَلاَ
Zaburu dawuda wa injilu ‘ala - ‘isma wafurqonu khoiril mala
وَصُحُـفُ الْخَـلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ * فِيْهَـا كَلاَمُ الْـحَـكَمِ الْعَلِـيْمِ
Wa shuhuful kholili wal kalami - fiha kalamul hakamil ‘alimi
وَكُـلُّ مَا أَتَى بِهِ الـرَّسُـوْلُ * فَحَـقُّـهُ التَّسْـلِـيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Wakuluma ata bihi rosulu - fahaqquhu taslimu wal qobulu
إِيْـمَـانُنَا بِـيَوْمِ آخِرٍ وَجَبْ * وَكُلِّ مَـا كَانَ بِـهِ مِنَ الْعَجَبْ
Imanuna biyaumi akhhirin wajab - wakuli ma kana bihi minal ‘ajab
خَاتِمَةٌ فِي ذِكْرِ بَاقِي الْوَاجِبِ * مِمَّـا عَـلَى مُكَلَّفٍ مِنْ وَاجِبِ
Khotimatun fi dzikri baqil wajibi - mima ‘ala mukalafin min wajibi
نَبِـيُّـنَا مُحَمَّدٌ قَدْ أُرْسِــلاَ * لِلْـعَالَمِـيْـنَ رَحْـمَةً وَفُضِّلاَ
Nabiyuna muhammadun qod ursila - lil ‘alamina rohmatan wa fudhila
أَبـُوْهُ عَبْدُ اللهِ عَبْدُ الْمُطَّلِـبْ * وَهَاشِـمٌ عَبْدُ مَنَافٍ يَنْتَسِـبْ
Abuhu ‘abdullohi ‘abdul mutholib - wa hasyimun ‘abdu manafin yantasib
وَأُمُّـهُ آمِـنَةُ الـزُّهْــرِيـَّهْ * أَرْضَـعَتْهُ حَلِيْمَـةُ السَّـعْدِيـَّهْ
Wa ummuhu aminatu zuhriyyah - ardho’athu halimatu sa’diyyah
مَوْلـِدُهُ بِمَـكَّـةَ اْلأَمِيْــنَهْ * وَفَاتُـهُ بِـطَـيْـبَةَ الْـمَدِيْنَهْ
Mauliduhu bimakatal aminah - wafatuhu bithoibatal madinah
أَتَـمَّ قَـبْـلَ الْـوَحْيِ أَرْبَعِيْنَا * وَعُـمْـرُهُ قَدْ جَاوَزَ السِّـتِّيْنَا
Atama qoblal wahyi arba’ina - wa ‘umruhu qodjawaza sitinah
وَسَـبْـعَةٌ أَوْلاَدُهُ فَمِـنْـهُمُ * ثَلاثَـةٌ مِـنَ الذُّكـُوْرِ تُـفْهَمُ
Wa sab’atun auladuhu faminhumu - tsalatsatun mina dzukuri tufhamu
قَاسِـمْ وَعَبْدُ اللهِ وَهْوَ الطَّيِّبُ * وَطَاهِـرٌ بِذَيْـنِ ذَا يُـلَـقَّبُ
Qosim wa ‘abdullohi wahwa thoyibu - wathohirun bidzaini dza yulaqobu
أَتَاهُ إبْرَاهِـيْـمُ مِنْ سُـرِّيـَّهْ * فَأُمُّـهُ مَارِيَّةُ الْـقِـبْـطِـيَّـهْ
Atahu ibrohimu min surriyah - fa ummuhu mariyatul qibtiyah
وَغَيْـرُ إِبْرَاهِيْمَ مِنْ خَـدِيْجَهْ * هُمْ سِتَـةٌ فَخُـذْ بِهِمْ وَلِـيْجَهْ
Wa ghoiru ibrohima min khodzijah - hum sittatun fakhud bihim walijah
وَأَرْبَعٌ مِـنَ اْلإِنَاثِ تُـذْكَـرُ * رِضْـوَانُ رَبِّي لِلْجَمِـيْعِ يُذْكَرُ
Wa arba’un minal inatsi tudzkaru - ridhwanu robbi liljami’I yudzkaru
فَاطِـمَـةُ الزَّهْرَاءُ بَعْلُهَا عَلِيْ * وَابْنَاهُمَا السِّـبْطَانِ فَضْلُهُمُ جَلِيْ
Fatimatu zahroi ba’luha ‘ali - wabnahuma sibthoini fadhluhum jail
فَزَيْـنَبٌ وَبَعْـدَهَـا رُقَـيَّهْ * وَأُمُّ كُـلْـثُـومٍ زَكَـتْ رَضِيَّهْ
Fa zainabun wa ba’daha riqoyah - wa ummu kultsumin zakat rodhiyyah
عَنْ تِسْعِ نِسْوَةٍ وَفَاةُ الْمُصْطَفَى * خُيِّـرْنَ فَاخْتَرْنَ النَّـبِيَّ الْمُقْتَفَى
‘an tis’i niswatin wa faatul mushthofa - khuyyirna fakhtarna nabiyal mushthofa
عَائِشَـةٌ وَحَفْصَـةٌ وَسَـوْدَةُ * صَـفِيَّـةٌ مَـيْـمُـوْنَةٌ وَ رَمْلَةُ
‘Aisatun wa hafshotun wa saudah - shofiyatun maimunatun wa romlah
هِنْدٌ وَ زَيْـنَبٌ كَذَا جُوَيـْرِيَهْ * لِلْمُـؤْمِـنِيْنَ أُمَّـهَاتٌ مَرْضِـيَّهْ
Hindun wa zainabun kadza juwairiyah - lil mukminina ummahatun mardhiyyah
حَمْـزَةُ عَمُّـهُ وعَـبَّاسٌ كَذَا * عَمَّـتُـهُ صَـفِيَّـةٌ ذَاتُ احْتِذَا
Hamzatun ‘ammahu wa ‘abbasu kadza - ‘ammatuhu shofiyyatun dzatuhtidza
وَقَبْـلَ هِجْـرَةِ النَّـبِيِّ اْلإِسْرَا * مِـنْ مَـكَّةَ لَيْلاً لِقُدْسٍ يُدْرَى
Wa qobla hijroti nabiyyil isro - min makatin lailan liqudsin yudro
وَبَعْدَ إِسْـرَاءٍ عُرُوْجٌ لِلسَّـمَا * حَتَّى رَأَى النَّـبِيُّ رَبًّـا كَـلَّمَا
Wa ba’da isroin ‘urujun lissama - hatta roa nabiyyu rubban kullama
مِنْ غَيْرِكَيْفٍ وَانْحِصَارٍ وَافْـتَرَضْ * عَلَيْهِ خَمْسًا بَعْدَ خَمْسِيْنَ فَرَضْ
Min ghoiri kaifin wanhishorin waftaridh - ‘alaihi khomsan ba’da khomsina farodh
وَبَـلَّـغَ اْلأُمَّـةَ بِاْلإِسْــرَاءِ * وَفَـرْضِ خَـمْـسَةٍ بِلاَ امْتِرَاءِ
Wa balaghil ummata bil isroi - wa fardhi khomsatin bilamtiroi
قَدْ فَازَ صِـدِّيْقٌ بِتَصْـدِيْقٍ لَهُ * وَبِالْعُرُوْجِ الصِّـدْقُ وَافَى أَهْلَهُ
Qod faza shiddiqun bitashdiqin lahu - wa bil ‘uruji shidqu wa fa ahlahu
وَهَـذِهِ عَقِيْـدَةٌ مُخْـتَصَرَهْ * وَلِلْـعَـوَامِ سَـهْـلَةٌ مُيَسَّرَهْ
Wa hadihi ‘aqidatun mukhtashoroh - wa lil’awamili sahlatun muyassaroh
نَاظِمُ تِلْكَ أَحْـمَدُ الْمَرْزُوْقِيْ * مَنْ يَنْتَمِي لِلصَّـادِقِ الْمَصْدُوْقِ
Nadhimu tilka ahmadul marzuqi - man yantami lishodiqil mashduqi
وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَصَـلَّى سَـلَّمَا * عَلَـى النَّبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ عَلَّـمَا
Walhamdu lillahi washolla sallama - ‘ala nabiyyu khoiri man qod ‘allama
وَاْلآلِ وَالصَّـحْبِ وَكُلِّ مُرْشِدِ * وَكُلِّ مَـنْ بِخَيْرِ هَدْيٍ يَقْتَدِيْ
Wal ali wa shohbi wakulli mursyidi - wakuli man bikhoirin hadyin yaqtadi
وَأَسْـأَلُ الْكَرِيْمَ إِخْلاَصَ الْعَمَلْ * ونَفْعَ كُلِّ مَنْ بِهَا قَدِ اشْـتَغَلْ
Wa as alul karima ikhlashol ‘amal - wa naf’a kulla man biha qodisytaghol
أَبْيَاتُهَا ( مَيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَلِ * تَارِيْخُهَا ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَلِ
Abyatuha maizun bi ‘addil jumali - tarikhuha li hayyu ghurrin jumali
سَـمَّيْـتُهَا عَـقِـيْدَةَ الْعَوَامِ * مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَّمَامِ
Sammaituha ‘aqidatal ‘awama - min wajibin fiddiini bittamaali
Saya memulai dengan nama Allah, Dzat yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang yang senantiasa memberikan kenikmatan tiada putusnya
Maka segala puji bagi Allah Yang Maha Dahulu, Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Tetap tanpa ada perubahan
Kemudian, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan pada Nabi sebaik-baiknya orang yang meng Esakan Allah
Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah
Dan setelahnya ketahuilah dengan yakin bahwa Allah itu mempunyai 20 sifat wajib
Allah itu Ada, Qadim, Baqi dan berbeda dengan makhluk Nya secara mutlak
Berdiri sendiri, Maha Kaya, Maha Esa, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Mengetahui atas segala sesuatu
Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berbicara, Allah mempunyai 7 sifat yang tersusun
yaitu Berkuasa, Menghendaki, Mendengar, Melihat, Hidup, Mempunyai Ilmu, Berbicara secara terus berlangsung
Dengan karunia dan keadilan-Nya, Allah memiliki sifat boleh (wenang) yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya
Allah telah mengutus para nabi yang memiliki 4 sifat yang wajib yaitu cerdas, jujur, menyampaikan (risalah) dan dipercaya
Dan boleh di dalam hak Rasul dari sifat manusia tanpa mengurangi derajatnya, misalnya sakit yang ringan
Mereka mendapat penjagaan Allah (dari perbuatan dosa) seperti para malaikat seluruhnya. (Penjagaan itu) wajib bahkan para Nabi lebih utama dari para malaikat
Dan sifat mustahil adalah lawan dari sifat yang wajib maka hafalkanlah 50 sifat itu sebagai ketentuan yang wajib
Adapun rincian nama para Rasul ada 25 itu wajib diketahui bagi setiap mukallaf, maka yakinilah dan ambillah keuntungannya
Mereka adalah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud serta Sholeh, Ibrahim (yang masing-masing diikuti berikutnya)
Luth, Isma'il dan Ishaq demikian pula Ya’qub, Yusuf dan Ayyub dan selanjutnya
Syu'aib, Harun, Musa dan Alyasa', Dzulkifli, Dawud, Sulaiman yang diikuti
Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, 'Isa dan Thaha (Muhammad) sebagai penutup, maka tinggalkanlah jalan yang menyimpang dari kebenaran
Semoga shalawat dan salam terkumpulkan pada mereka dan keluarga mereka sepanjang masa
Adapun para malaikat itu tetap tanpa bapak dan ibu, tidak makan dan tidak minum serta tidak tidur Secara terperinci mereka ada 10, yaitu Jibril, Mika'il, Israfil, dan Izrail
Munkar, Nakiir, dan Raqiib, demikian pula‘Atiid, Maalik, dan Ridwan dan selanjutnya
Empat dari Kitab-Kitab Suci Allah secara terperinci adalah Taurat bagi Nabi Musa diturunkan dengan membawa petunjuk
Zabur bagi Nabi Dawud dan Injil bagi Nabi 'Isa dan Al-Qur’an bagi sebaik-baik kaum (Nabi Muhammad ﷺ)
Dan lembaran-lembaran (Shuhuf) suci yang diturunkan untuk Al-Khalil (Nabi Ibrahim) dan Al-Kaliim (Nabi Musa) mengandung Perkataan dari Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui
Dan segala apa-apa yang disampaikan oleh Rasulullah, maka kita wajib pasrah dan menerima
Keimanan kita kepada Hari Akhir hukumnya wajib, dan segala perkara yang dahsyat pada Hari Akhir
Sebagai penutup untuk menerangkan ketetapan yang wajib, dari hal yang menjadi kewajiban bagi mukallaf
Nabi kita Muhammad telah diutus untuk seluruh alam sebagai rahmat dan keutamaan diberikan kepada beliau ﷺ melebihi semua
Ayahnya bernama Abdullah putera Abdul Mutthalib, dan nasabnya bersambung kepada Hasyim putera Abdu Manaf
Dan ibunya bernama Aminah Az-Zuhriyyah, yang menyusui beliau adalah Halimah As-Sa’diyyah
Lahirnya di Makkah yang aman, dan wafatnya di Thaiybah (Madinah)
Sebelum turun wahyu, Nabi Muhammad telah sempurna berumur 40 tahun, dan usia beliau 60 tahun lebih
Ada 7 orang putera-puteri Nabi Muhammad, diantara mereka 3 orang laki-laki, maka pahamilah itu
Qasim dan Abdullah yang bergelar Ath-Thayyib dan Ath-Thahir, dengan 2 sebutan inilah (Ath-Thayyib dan Ath-Thahir) Abdullah diberi gelar
Anak yang ketiga bernama Ibrahim dari Sariyyah (Amat perempuan), ibunya (Ibrahim) bernama Mariyah Al-Qibtiyyah
Selain Ibrahim, ibu putera-puteri Nabi Muhammad berasal dari Khadijah, mereka ada 6 orang (selain Ibrahim), maka kenalilah dengan penuh cinta
Dan 4 orang anak perempuan Nabi akan disebutkan, semoga keridhoan Allah untuk mereka semua
Fathimah Az-Zahra yang bersuamikan 'Ali bin Abu Thalib, dan kedua putera mereka (Hasan dan Husein) adalah cucu Nabi yang sudah jelas keutamaannya
Kemudian Zaenab dan selanjutnya Ruqayyah, dan Ummu Kultsum yang suci lagi diridhoi
Dari 9 istri Nabi ditinggalkan setelah wafatnya, mereka semua telah diminta memilih syurga atau dunia, maka mereka memilih nabi sebagai panutan
‘Aisyah, Hafshah, dan Saudah, Shafiyyah, Maimunah, dan Ramlah
Hindun dan Zaenab, begitu pula Juwairiyyah, Bagi kaum Mu’minin mereka menjadi ibu-ibu yang diridhoi
Hamzah adalah Paman Nabi demikian pula ‘Abbas, Bibi Nabi adalah Shafiyyah yang mengikuti Nabi
Dan sebelum Nabi hijrah (ke Madinah), terjadi peristiwa Isra’. Dari Makkah pada malam hari menuju Baitul Maqdis yang dapat dilihat
Setelah Isra’ lalu Mi’raj (naik) ke atas sehingga Nabi melihat Tuhan yang berkata-kata
Berkata-kata tanpa bentuk dan ruang. Di sinilah diwajibkan kepadanya (shalat) 5 waktu yang sebelumnya 50 waktu
Dan Nabi telah menyampaikan kepada umat peristiwa Isra’ tersebut. Dan kewajiban shalat 5 waktu tanpa keraguan
Sungguh beruntung sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan membenarkan peristiwa tersebut, juga peristiwa Mi’raj yang sudah sepantasnya kebenaran itu disandang bagi pelaku Isra’ Mi’raj
Inilah keterangan Aqidah secara ringkas bagi orang-orang awam yang mudah dan gampang
Yang di-nadhamkan oleh Ahmad Al-Marzuqi, seorang yang bernisbat kepada Nabi Muhammad (Ash-Shadiqul Mashduq)
Dan segala puji bagi Allah serta shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi sebaik-baik orang yang telah mengajar
Juga kepada keluarga dan sahabat serta orang yang memberi petunjuk dan orang yang mengikuti petunjuk
Dan saya mohon kepada Allah yang Maha Pemurah keikhlasan dalam beramal dan manfaat bagi setiap orang yang berpegang teguh pada aqidah ini
Nadhom ini ada 57 bait dengan hitungan abjad, tahun penulisannya 1258 Hijriyah
Aku namakan aqidah ini Aqidatul Awam, keterangan yang wajib diketahui dalam urusan agama dengan sempurna.
Amtsilati merupakan kitab pembelajaran Nahwu Shorof yang sangat familiar di pesantren-pesantren. Kitab ini berisi metode membaca kitab kuning secara cepat, yang digagas oleh KH Taufiqul Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah.
Selain pembelajaran mengenai nahwu dan shorof dalam pembelajaran kitab Amtsilati tersebut juga terdapat nadhoman yang berjumlah 184 bait, yang mana dari masing-masing bait tersebut merupakan penjelasan dari materi-materi yang ada di jilid 1-5. selain itu nadhom tersebut merupakan ringkasan dari nadhom-nadhom Alfiyah Ibnu Malik yang jumlahnya mencapai 1000 bait.
مختصر نظم أمثلة التصريفية
1. فَعَلَ – فَعَلاَ – فَعَلُوا – فَعَلَتْ – فَعَلَتاَ – فَعَلْنَ – فَعَلتَ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُمْ – فَعَلْتِ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُنَّ – فَعَلْتُ – فَعَلْناَ
2. فَعَلَ (فِعِلْ مَاضِ) يَـفْعُلُ (فِعِلْ مُضارِعْ) فَعْلاً (مَصْدَرْ) وَمَفْعِلاً (مصدر مِيْمْ) فَهُوَ (إسِمْ ضَمِيرْ) فَاعِلٌ (إسِمْ فاعِلْ) وَذَاكَ (إسم إشَارَةْ) مَـفْعُوْلٌ (إسِمْ مَفْعُولْ) أُفْـعُلْ (فِعِلْ أمَـرْ) لاَتـَـــفْعُلْ (فِعِلْ نَهِى) مَفْعَلٌ (إسِمْ زَمَنْ) مَفْعَلٌ (إسِمْ مَكَانْ) مِفْعَلٌ (إسِمْ ألة)
3. فَعَلَ – فَعَلاَ – فَعَلُوا – فَعَلَتْ – فَعَلَتاَ – فَعَلْنَ – فَعَلتَ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُمْ – فَعَلْتِ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُنَّ – فَعَلْتُ – فَعَلْناَ
4. هُـوَ_ هُـمَا_ هُمْ… هِيَ_ هُمـَا_ هُنَّ… أنْتَ _أَنْـتُـمَا_ أَنْـتُمْ… أَنْتِ_ أَنْـتُـمَا_ أَنْـتُـنَّ… أَناَ _ نَـحْنُ
5. أُفْعُلْ_ أُفْعُلاَ _أُفْعُلُوْا 4 ×… أُفْعُلِيْ _أُفْعُلاَ _أُفْعُلْنَ 2 ×
6. لِـيَلِيَنْ _ لِـيَلُنْ. لِـتَلِيَنْ _ _ 2×. لِـيَنْ _ لُنْ لِنْ _ _ 2 ×
7. نَـصَرَ _نـَصَرَا _نَصَرُوْا .. نَصَرَتْ _نَصَرَتاَ _نَصَرْنَ .. نَصَرْتَ _ نَصَرْتُمَا_ نَصَرْتُمْ.. نَصَرْتِ _ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُنَّ.. نَصَرْتُ_ نَصَرْناَ
8. نَصَرَ (wis nulung) يَـنْصُرُ (bakal nulung) نَصْرًا (kelawan nulung) وَمَنْصَرًا (lan kelawan nulung) فَهُوَ ناَصِرٌ (yo iku wong kang nulung) وَذَاكَ مَنْصُوْرٌ (mengkunu wong kang den tulung)
أُنْـصُـرْ (nulungo siro) لاَتَـنْصُرْ (ojo nulung siro) 2× مَنْصَرٌ (zamane nulung) مَنْصَرٌ (panggonane nulung)مِنْصًرٌ (parabote nulung).
9. فَعَلَ – فَعَلاَ – فَعَلُوا – فَعَلَتْ – فَعَلَتاَ – فَعَلْنَ – فعلتَ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُمْ – فَعَلْتِ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُنَّ – فَعَلْتُ – فَعَلْناَ
10. إيـَّاهُ _ إياَّهُمَا _ إيَّاهُمْ… إياَّهَا _ إيَّاهُمَا _ إِياَّهُنَّ… إياَّكَ_ إيَّاكُمـَا_ إيَّاكُـمْ… إيَّاكِ_ إيَّاكُمـَا_ إيَّاكُـنَّ… إِياَّيَ _ إِيَّانَا
11. أُفْعُلْ _أُفْعُلاَ _أُفْعُلُوْا 4 ×… أُفْعُلِيْ_ أُفْعُلاَ_ أُفْعُلْنَ 2 ×
12. لِـيَلِيَنْ _ لِـيَلُنْ. لِـتَلِيَنْ _ _ 2×. لِـيَنْ _ لُنْ لِنْ _ _ 2 ×
13. لِـيَلِيَنْ _ لِـيَلُنْ. لِـتَلِيَنْ _ _ 2×. لِـيَنْ _ لُنْ لِنْ _ _ 2 ×
14. ضَرَبَ_ ضَرَبَا_ ضَرَبُوْا… ضَرَبَتْ_ ضَرَبْتاَ_ ضَرَبْنَ… ضَرَبْتَ_ ضَرَبْـتُـمَا_ ضَرَبْـتُمْ… ضَرَبْتِ_ ضَرَبْـتُـمَا_ ضَرَبْـتُنَّ… ضَرَبْتُ_ ضَرَبْـنَا
15. ضَرَبَ (wis mukul) يَضرِبُ (bakal mukul) ضَرْبًا (kelawan mukul) وَمَضْرَبًا (lan kelawan mukul)
فَهُوَ ضَارِبٌ (yo iku wongkang mukul) وَذَاكَ مَضْرُوْبٌ (mengkunu wongkang den pukul)
إضْرِبْ (mukulo siro) لاَتَضْرِبْ (ojo mukul siro) 2x مَضْرِبٌ (zamane mukul) مَضْرِبٌ (panggonane mukul) مِضْرَبٌ (parabote mukul).
16. فَعَلَ – فَعَلاَ – فَعَلُوا – فَعَلَتْ – فَعَلَتاَ – فَعَلْنَ – فعلتَ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُمْ – فَعَلْتِ – فَعَلْتُماَ – فَعَلْـتُنَّ – فَعَلْتُ – فَعَلْناَ
17. بـِهِ – بِـهِمَا – بِـهِمْ… بِـهَا – بِـهِمَا– بِـهِنَّ… بِكَ – بِكُمَا – بِكُم… بِكِ– بِكُمَا – بِكُنَّ… بِـيْ – بـِـنَا
18. أُفْعُلْ _أُفْعُلاَ _أُفْعُلُوْا 4 ×… أُفْعُلِيْ_ أُفْعُلاَ_ أُفْعُلْنَ 2 ×
19. لِـيَلِيَنْ _ لِـيَلُنْ. لِـتَلِيَنْ _ _ 2×. لِـيَنْ _ لُنْ لِنْ _ _ 2 ×
20. لِـيَلِيَنْ _ لِـيَلُنْ. لِـتَلِيَنْ _ _ 2×. لِـيَنْ _ لُنْ لِنْ _ _ 4 ×
Hadhratus Syeikh Al-Arifbillah KH. Muhammad Hasan bin Syamsuddin bin Qoyiduddin atau yang lebih dikenal dengan nama Kiai Hasan Genggong lahir di Sentong, Krejengan, Probolinggo pada 27 Rajab 1259 H atau 23 Agustus 1843 M, bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Meski terlahir sebagai anak pembuat genting, tidak serta merta menyurutkan Muhammad Hasan atau Ahsan (nama kecil Kiai Hasan Genggong) dalam menuntut ilmu.
Jejak kesantrian dalam meniti ilmu dimulai sejak usia belia hingga dewasa. Dari mondok di beberapa pesantran di tanah air, berlanjut nyantri ke Makkah dan Madinah.
Selepas menuntaskan belajar, Kiai Hasan Genggong kemudian diambil menantu oleh KH Zainul Abidin, pendiri Pondok Genggong. Sebuah pesantren yang berdiri sejak tahun 1839 Masehi.
Setelah sang mertua wafat, Kiai Hasan Genggong mendapat amanat meneruskan titah perjuangan. Di bawah didikan beliau, lahir ulama-ulama besar yang tersebar di mana-mana. Kiai Hasan Genggong mendidik santri di Pesantren Genggong selama 87 Tahun.
Saat proses awal pendirian NU, Kiai Hasan Genggong juga diminta pendapat dan nasihat oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. As’ad Syamsul Arifn dan para pendiri NU lain atas rekomendasi dari Syaikhona Kholil Bangkalan dan Hadhratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari. Kiai yang dikenal juga dengan sebutan KH Hasan Sepuh ini dikenal sebagai sosok ulama zuhud, sehingga tidak heran bila selalu diminta nasihat dan pertimbangan persoalan jam’iyah dan umat.
Ketika NU lahir tahun 1926 pada saat bumi Nusantara masih dicengkeram penjajah Belanda, Kiai Hasan Genggong menjadikan pesantrennya sebagai basis perjuangan kemerdekaan. Sosoknya memang bermental baja, percaya diri, ditakuti oleh penjajah dan dikenal apa adanya. Segala bujuk rayu dan siasat Belanda tak mampu menembus hatinya.
Suatu ketika, ada seorang ulama yang sowan, berniat tabayun mengenai hukum melawan penjajah. Belum sempat pertanyaan diajukan, Kiai Hasan Genggong menggunakan peci hitam dan membawa keris (hal yang sangat jarang dilakukan), dan si tamu tersebut dengan bangga merasa sudah menemukan jawaban tanpa harus mengajukan pertanyaan.
Kiai Hasan Genggong pernah menyatakan bahwa berjuang ikhlas di NU akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Insya Allah
“من اعان نهضةالعلماء، فقد سعد فى الدنيا والأخرة”
“Barangsiapa yang menolong (berjuang ikhlas) NU, maka hidup beruntung di dunia dan di akhirat.”
Kiai Hasan Genggong merupakan sosok ulama yang produktif menulis kitab dengan sejumlah disiplin yang meliputi fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadits. Salah satu karyanya adalah kitab Safinatun Najah. Karomahnya tak terhitung, semua orang mendambakan menjadi orang yang bisa diakui sebagai santrinya.
Kiai Hasan Genggong wafat pada Kamis malam, jam 23.30 Wib, tanggal 11 Syawal 1374 H / 1 Juni 1955 M, dalam usia 115 tahun.
Semoga rahmat Allah senantiasa tercurahkan ke atas roh beliau, diampuni segala khilaf dan dosa-dosanya, dan ditempatkan beliau di tempat terbaik di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al-Fatihah....