Baca Juga
Oleh Al-Habib Novel Al-'Aydrus
Kenapa kebanyakan umat Islam dalam beribadah memakai madzhab Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi atau Hambali, bukankah yang benar adalah yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah (Hadits)? Kenapa tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?
Kenapa kebanyakan umat Islam dalam beribadah memakai madzhab Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi atau Hambali, bukankah yang benar adalah yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah (Hadits)? Kenapa tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?
Sebuah pertanyaan yang menarik, mengapa kita harus bermadzhab? Mengapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?
Kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?" seakan-akan menghakimi bahwa orang yang bermadzhab itu tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Penggunaan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?" tersebut telah menyebabkan sebagian orang memandang remeh ijtihad dan keilmuan para ulama, terutama ulama terdahulu yang sangat dikenal kesalehan dan keluasan ilmunya.
Dengan menggunakan kalimat "Mengapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah saja?" sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha mengajak pendengar dan pembaca tulisannya untuk mengikuti cara berpikirnya, metodenya dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah, serta menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar, karena ia telah berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan fatwa atau pendapat para ulama. Hal semacam ini tentunya sangat berbahaya.
Sebenarnya sungguh aneh jika seseorang menyatakan agar kita tidak bermadzhab dan seharusnya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Mengapa aneh, coba perhatikan, apakah dengan mengikuti suatu madzhab berarti tidak mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah?
Madzhab mana yang tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah?
Justru para pemuka madzhab tersebut adalah orang-orang yang sangat paham tentang Al-Qur’an dan Sunnah.
Coba dicek, hasil ijtihad yang mana dalam suatu madzhab, yang tidak kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits?
Ternyata semua hasil ijtihad keempat madzhab yang populer di dalam Islam semuanya bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Artinya dengan bermadzhab kita justru sedang kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dengan cara yang benar, yaitu mengikuti ulama yang dikenal keluasan ilmu dan keshalehannya.
Akhir-akhir ini memang muncul sekelompok orang yang sangat fanatik dengan golongannya dan secara sistematis berupaya mengajak umat Islam meninggalkan madzhab.
Mereka seringkali berkata, "Kembalilah kepada Al-Qur'an dan Sunnah". Ajakan ini sepintas tampak benar, akan tetapi sangat berbahaya, karena secara tidak langsung mereka menggunakan kalimat (propaganda) di atas untuk menjauhkan umat dari meyakini pendapat para ulama terdahulu yang telah mumpuni.
Mereka memaksakan agar kita semua hanya mengikuti pendapat gurunya.
Kemudian perhatikan lebih cermat lagi, apakah mereka yang menyatakan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah benar-benar langsung kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah? Tidak bukan, mereka ternyata menyampaikan pendapat guru-gurunya. Artinya, mereka sendiri sedang membuat madzhab baru sesuai pemikiran guru-gurunya.
Coba bayangkan, andai saja setiap orang kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah secara langsung, tanpa bertanya kepada pakarnya, apa yang akan terjadi?
Yang terjadi adalah setiap orang akan menafsirkan Al-Qur’an dan Sunnah menurut akalnya sendiri, jalan pikirnya sendiri, sehingga akan sangat berbahaya.
Oleh karena itu, kita harus bermadzhab, agar kita tidak salah memahami Al-Qur’an dan Sunnah. Kita sadar, tingkat keilmuan para pakar yang ada di masa ini tidak dapat disamakan dengan para ulama terdahulu, begitu pula tingkat ibadah dan keshalehan mereka.
Semoga bermanfaat.
(Majelis Ar Raudhah)
Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )