Home » » Asma'ul Husna

Asma'ul Husna

Baca Juga


ASMA'UL HUSNA adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan Husna berarti yang baik atau yang indah, jadi Asma'ul Husna adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah.

Asma'ul Husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. Allah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asma’ul Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau gelar yang baik.

Dalil Tentang Asma'ul Husna


وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِہَا‌ۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِىٓ أَسۡمَـٰٓٮِٕهِۦ‌ۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

"Hanya milik Allah Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya”. (QS. Al-A’raaf [7]: 180)

قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَـٰنَ‌ۖ أَيًّ۬ا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ‌ۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِہَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٲلِكَ سَبِيلاً۬ 

Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik)”. (QS. Al-Isra’ [17]: 110)

ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al-Asma’ul Husna (nama-nama yang baik)”. (QS. Thaaha [20]: 8)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمَا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya milik Allah 99 nama, barangsiapa yang meng-ahsha-nya maka pasti masuk surga”. (HR. Bukhari no. 2736, 7392, Muslim no. 6989)

Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan مَنْ أَحْصَاهَا adalah menghafalnya, beriman terhadapnya dan konsekwensi dari nama tersebut serta beramal dengan isi kandungan dari nama tersebut” (Lihat Syarh an-Nawawi ‘Ala Muslim hal. 39/IX, Maktabah Syamilah)
Tidak ada satu riwayat pun yang shahih dari Nabi ﷺ yang menyebutkan secara rinci nama-nama tersebut.

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i rahimahullah setelah menyampaikan hadits di atas dalam Bulughul Maram beliau mengatakan bahwa At-Tirmidzi, Ibnu Hibban telah membawakan riwayat tentang nama-nama tersebut namun sebenarnya nama-nama tersebut statusnya adalah mudradz/ sisipan dari perawi dan bukan sabda Nabi ﷺ. Hal ini juga disetujui oleh Ibnu Hazm, Abu Bakar bin Al-’Arabi, Ibnu Athiyah, Ibnu Taimiyah, Ibnu Hajar dan para ulama lainnya, bahkan hal ini dinilai sebagai ijma’ ulama hadits oleh Ash Shan’ani di Subulus Salam. Tambahan matan yang berstatus sebagai mudradz dalam riwayat Tirmidzi adalah :

« إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدَةٍ مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِىُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِىُّ الْمَتِينُ الْوَلِىُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِى الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِى الْمُمِيتُ الْحَىُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الأَوَّلُ الآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِى الْمُتَعَالِى الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِىُّ الْمُغْنِى الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِى الْبَدِيعُ الْبَاقِى الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ
Sesungguhnya hanya milik Allah 99 nama (yang husna,). Barangsiapa yang ihsha terhadap nama tersebut maka pasti akan masuk surga. Nama-nama Allah tersebut adalah : Allah yang tiada ilah yang benar disembah kecuali Dia. Al-Malik, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khaliq, Al-Baari’, Al-Mushawwiru, Al-Ghaffar, Al-Qahhaar, Al-Wahaab, Ar-Razzaaq, Al-Fattaah, Al-‘Alim, Al-Qaabidh, Al-Baasith, Al-Khaafidh, Ar-Raafi’, Al-Mu’izzu, Al-Mudzillu, As-Samii’, Al-Bashiir, Al-Hakam, Al-‘Adlu, Al-Lathiif, Al-Khabiir, Al-Haliim, Al-‘Adzim, Al-Ghafuur, Asy-Syakuur, Al-‘Aliyu, Al-Kabiir, Al-Hafidz, Al-Muqiit, Al-Hasiib, Al-Jaliil, Al-Kariim, Ar-Raqiib, Al-Mujiib, Al-Wasi’, Al-Hakiim, Al-Waduud, Al-Majiid, Al-Baa’its, Asy-Syahiid, Al-Haqq, Al-Wakiil, Al-Qawiyy, Al-Matiin, Al-Waliy, Al-Hamiid, Al-Muhshi, Al-Mubdi’u, Al-Mu’iid, Al-Muhyi, Al-Mumiit, Al-Hayyu, Al-Qayyum, Al-Waajid, Al-Maajid, Al-Waahid, Ash-Shamad, Al-Qaadir, Al-Muqtadir, Al-Muqaddim, Al-Muakhir, Al-Awwal, Al-Akhir, Adh-Dhaahir, Al-Baathin, Al-Waaliy, Al-Muta’aliy, Al-Birr, At-Tawwaab, Al-Muntaqimu, Al-Afuwwu, Ar-Ra’uuf, Maalik, Al-Mulk, Dzul Dzalali wal Ikram, Al-Muqsith, Al-Jaami’, Al-Ghaniy, Al-Maani’u, Adh-Dharru, An-Naafi’, An-Nuur, Al-Haadi, Al-Badii’u, Al-Baqii, Al-Warits, Ar-Rasyiid, Ash-Shabru”. (HR. Tirmidzi no. 3849, Abu ‘Isa at Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib)

Meskipun disebutkan dalam hadits di atas 99 nama, namun ada sebagian ulama berpendapat nama-nama Allah yang indah tidak hanya terbatas pada jumlah tersebut karena Nabi ﷺ pernah mengucapkan dalam do'anya,

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

"Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang menjadi nama-Mu, baik yang Engkau nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau beritahukan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau sembunyikan menjadi ilmu ghaib di sisi-Mu.” (HR. Ahmad 1/391 & 452, Abu Ya’laa no. 5297, Ibnu Hibban no. 972, dan yang lainnya)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari ancaman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab-Mu. Aku tidak dapat menghitung segala pujian kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau puji terhadap diri-Mu sendiri.” (HR. Abu Dawud no. 1427)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

ثم ليعلم أن الأسماء الحسنى ليست منحصرة في التسعة والتسعين بدليل ما رواه الإمام أحمد في مسنده

“Kemudian hendaklah diketahui bahwa Al-Asma’ul Husna tidak terbatas pada 99 nama berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/515)

Beliau juga berkata,

والذي عول عليه جماعة من الحفاظ أن سرد الأسماء في هذا الحديث مدرج فيه، وإنما ذلك كما رواه الوليد بن مسلم وعبد الملك بن محمد الصنعاني، عن زهير بن محمد: أنه بلغه عن غير واحد من أهل العلم أنهم قالوا ذلك، أي: أنهم جمعوها من القرآن كما رود عن جعفر بن محمد وسفيان بن عيينة وأبي زيد اللغوي، والله أعلم

“Dan yang disepakati oleh sekelompok huffaadh (ahli hadits) bahwasannya penyebutan/ perincian nama-nama dalam hadits ini adalah mudradz. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Waliid bin Muslim dari ‘Abdul-Malik bin Muhammad Ash-Shan’aaniy, dari Zuhair bin Muhammad, bahwa telah sampai kepadanya dari beberapa orang dari kalangan ulama bahwasannya merekalah yang mengatakan perincian tersebut. Maksudnya: mereka telah mengumpulkannya dari Al-Qur’an sebagaimana riwayat yang berasal dari Ja’far bin Muhammad, Sufyaan bin ‘Uyainah, dan Abu Zaid Al-Lughawiy. Wallaahu a’lam” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/515).

Wallahu a'lam bish-shawab.

Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )


Previous
« Prev Post

Cari Artikel di Blog Ini