Baca Juga
Tradisi bacaan Tahlil sebagaimana yang dilakukan kaum muslimin sekarang ini tidak terdapat secara khusus pada zaman Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Tetapi tradisi itu mulai ada sejak zaman ulama muta’akhirin sekitar abad 11 Hijriyah yang mereka lakukan berdasarkan istimbath dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi ﷺ, lalu mereka menyusun rangkaian bacaan tahlil, mengamalkannya secara rutin dan mengajarkannya kepada kaum muslimin.
Siapa sebenarnya yang pertama kali menyusun rangkaian bacaan tahlil dan mentradisikannya, hal tersebut pernah dibahas dalam forum Bahtsul Masa'il oleh para Ahli Thariqah. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang pertama menyusun tahlil adalah Sayyid Ja’far Al-Barzanji. Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa yang menyusun tahlil pertama kali adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad.
Dari dua pendapat tersebut, pendapat yang paling kuat tentang siapa penyusun pertama tahlil adalah Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa Imam Al-Haddad yang wafat pada tahun 1132 H lebih dahulu daripada Sayyid Ja’far Al-Barzanji yang wafat pada tahun 1177 H.
Pendapat tersebut diperkuat oleh tulisan Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam syarah Ratib Al-Haddad, bahwa kebiasaan Imam Abdullah Al-Haddad sesudah membaca Ratib adalah bacaan tahlil. Para hadirin yang hadir dalam majlis Imam Al-Haddad ikut membaca tahlil secara bersama-sama tidak ada yang saling mendahului sampai dengan 500 kali.
Pembacaan tahlil yang dikhususkan untuk orang-orang yang telah meninggal juga menjadi tradisi turun temurun di Hadramaut Yaman tempat berdiamnya para Ahlul Bait dzurriyah Nabi Muhammad ﷺ. Sejarah tersebut dapat di temukan dalam kitab Al-Ulmun Nibros tulisan Sayyid Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Aththas. Di kitab tersebut di jelaskan:
ويجمع بعضهم جماعة يسبحون ألف تسبيحة ويهللون ألف تهليلة ويهدي ثوابها لبعض الأموات
Sebagian dari mereka (Ahlul Bait di Hadramaut) mengumpulkan para jama'ah yang membaca tasbih dan tahlil sebanyak 1000 kali, kemudian mereka menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. [Al-Ilmun Nibros, Hal: 5]
Wallahu a'lam bi nafsil amri wa haqiqotil haal,,,
Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )