Baca Juga
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ
صَلَاةً تُرَغِّبُ وَتُنَشِّطُ
2x وَتُحَمِّسُ بِهَا الْجِهَادْ لِإِحْيَاءْ، وَإِعْلَاءِ دِيْنِ الْإِسْلَامْ
2xوَإِظْهَارِ شَعَائِرِهْ عَلَى طَرِيْقَةِ، جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءْ
2x وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
اَللّٰهْ اَللّٰهْ اَللّٰهُ اَللّٰهْ
ثَبِّتْ وَانْصُرْ أَهْلَ جَمْعِيَّةْ
2x جَمْعِيَّةْ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءْ، لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللّٰهْ
ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD, SHOLATAN TUROGGHIBU WA TUNASSYITU, WA TUCHAMMISU BIHAL JIHADA LI IHYA’ WA I’LAI DINIL ISLAM, WA IDZHARI SYA’AIRIH ‘ALA THORIQOTI JAM’IYYATI NAHDLOTIL ‘ULAMA WA ‘ALA ALIHI WA SHOHBIHI WA SALLIM, ALLOH, ALLOH, ALLOHU, ALLOH, TSABBIT WANSHUR AHLA JAM’IYYAH, JAM’IYYAH NAHDLOTIL ‘ULAMA, LI I’LAI KALIMATILLAH.
“Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya, yang dengan berkah bacaan shalawat ini, jadikanlah kami senang, rajin, dan semangat dalam berjuang menghidupkan dan meninggikan agama Islam serta menampakkan syi’ar-syi’arnya menurut cara Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Ya Allah, teguhkanlah pendirian dan berikanlah kemenangan bagi warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) untuk meninggikan Kalimatillah (agama Islam dan seluruh ajarannya)“.
Profil KH Hasan Abdul Wafi
KH Hasan Abdul Wafi lahir pada tahun 1923 di desa Sumberanyar, Tlanakan, Pamekasan, Madura, dengan nama kecil Abdul Wafi. Sejak kecil Lora Abdul Wafi (“Lora” semakna dengan “Gus” di Jawa) telah mendapatkan pendidikan agama langsung dari ayahandanya, KH Miftahul Arifin terutama dalam pelajaran al-Quran, fiqih dan tafsir. Sekitar tahun 1938, ketika berusia enam tahun, Lora Abdul Wafi harus rela kehilangan ibunda tercintanya untuk selama-lamanya. Lima tahun kemudian, menyusul ayahandanya wafat.
Di mata masyarakat dan santri, Kiai Hasan Abdul Wafi dikenal sebagai ulama dan aktivis tulen Nahdlatul Ulama (NU). Dalam kepengurusan NU, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo ini pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, pada tahun 1980-an. Kiai Hasan selalu menganjurkan kepada para santrinya untuk aktif berjuang di NU dan jangan sekali-kali menyimpang dari NU. Tidak hanya itu, kecintaan Kiai Hasan kepada NU ini pun diwujudkan dalam sebuah bait syair indah yang dinakaman dengan Shalawat Nahdliyyah.
Shalawat Nahdliyyah merupakan shalawat yang terlahir dari rasa cintanya Kiai Hasan kepada NU. Di dalam shalawat itu disisipkan doa-doa agar siapapun yang membacanya menjadi orang yang bersemangat dalam berjuang menghidupakan dan meninggikan Islam dan menampakan syiar-syiar Islam dalam bingkai Jam’iyyah NU. Tak lupa doa untuk kemenangan NU dan Islam pun disematkan dalam shalawat tersebut.
Tidak heran, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sangat ta’dzim kepada sosok Kiai Hasan, hingga ia memanggil Kiai Hasan dengan sapaan “Sayyidi-l-walid” (orang tua sendiri). Gus Dur dalam salah satu pidatonya pada tahun 2001 di Surabaya juga pernah menyatakan bahwa ada empat tokoh ulama di Jawa Timur yang tidak kuasa baginya untuk menolak perintahnya, yaitu: KH Imam Zarkasyi Djunaidi Banyuwangi (wafat 2001), KH Ahmad Sofyan Miftahul Arifin Situbondo (wafat 2012), KH Khotib Umar Jember (wafat 2014), dan KH Hasan Abdul Wafi sendiri (wafat 2000). Perlu diketahui, KH Ahmad Sofyan Miftahul Arifin adalah kakak kandung Kiai Hasan Abdul Wafi.
Pada Rabu 31 Juli 2000, KH Hasan Abdul Wafi wafat dan dimakamkan di lingkungan Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, tidak jauh dari komplek pemakaman para kiai pengasuh Nurul Jadid. Allah yarhamhu.
Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )