Home » » Pendapat Imam As-Suyuthi Tentang Maulid Nabi ﷺ

Pendapat Imam As-Suyuthi Tentang Maulid Nabi ﷺ

Baca Juga


Imam Jalaluddin ‘Abdirrahman bin Abi Bakar As-Suyuthi rahimahullah (w. 911 H) mengarang satu kitab yang membahas dalil-dalil perayaan Maulid, yaitu kitab Husnul Maqashid, yang juga dicetak di dalam kitab Hawi lil Fatawi.

عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في مولده من الآيات ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك من البدع الحسنة التي عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي صلى الله عليه وسلم وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف

“Menurutku bahwa sesungguhnya ‘amal maulid yang berkumpulnya manusia, membaca beberapa ayat Al-Qur'an, meriwayatkan hadits‐hadits tentang permulaan sejarah Nabi dan tentang tanda‐tanda (kejadian‐kejadian) yang mengiringi kelahirannya adalah bid’ah hasanah yang diberi pahala kepada yang mengerjakannya karena termasuk sebagian daripada membesarkan kedudukan Nabi Muhammad ﷺ dan menampakkan kesenangan dan kegembiraan dengan sebab kelahiran Nabi Muhammad ﷺ yang mulia”.

وقد ظهر لي تخريجه على أصل آخر، وهو ما أخرجه البيهقي عن أنس أن النبي صلى لله عليه وسلم عق عن نفسه بعد النبوة، مع أنه قد ورد أن جده عبد المطلب عق عنه في سابع ولادته

“Dan sungguh sangat jelas bagiku yang dikeluarkan (diriwayatkan) atas dasar yang lain (dari pendapat Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani) yaitu apa yang diriwayatkan oleh Imam Al‐Baihaqi dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ mengaqiqahkan dirinya sendiri sesudah (masa) kenabian, (padahal) sesungguhnya telah dijelaskan bahwa kakek beliau ‘Abdul Muththalib telah mengaqiqahkan (untuk Nabi) pada hari ke tujuh kelahirannya.

والعقيقة لا تعاد مرة ثانية فيحمل ذلك على أن الذي فعله النبي صلى لله عليه وسلم إظهار للشكرعلى إيجاد لله إياه رحمة للعالمين، وتشريع لأمته كما كان يصلي على نفسه، لذلك فيستحب لنا أيضا إظها ر الشكر بمولده بالاجتماع وإطعام الطعام ونحو ذلك من وجوه القربات وإظهار المسرات

“Adapun aqiqah tidak ada perulangan dua kali, maka dari itu sungguh apa yang dilakukan oleh Nabi saw menerangkan tentang (rasa) syukur beliau karena Allah telah mewujudkan (menjadikan) beliau sebagai rahmat bagi semesta alam, dan sebagai landasan bagi umatnya. Oleh karena itu, maka juga disunnahkan bagi kita untuk menanamkan (menerangkan) rasa syukur kita dengan kelahirannya (Rasulullah) dengan mengumpulkan (kaum Muslimin), menyajikan makanan dan semacamnya dari (sebagai) perwujudan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) dan menunjukkan kegembiraan (karena kelahiran beliau)”.

إن ولادته صلى لله عليه وسلم أعظم النعم علينا، ووفاته أعظم المصائب لنا، والشريعة حثت على إظهار شكر النعم، والصبر والسلوان والكتم عند المصائب، وقد أمر الشرع بالعقيقة عند الولادة، وهي إظهار شكر وفرح بالمولود، ولم يأمر عند الموت بذبح ولا غيره، بل نهى عن النياحة وإظهار الجزع، فدلت قواعد الشريعة على أنه يحسن في هذا الشهر إظهار الفرح بولادته صلى لله عليه وسلم دون إظهار الحزن فيه بوفاته

“Sesungguhnya kelahiran Nabi ﷺ adalah paling agungnya kenikmatan bagi kita semua, dan wafatnya Beliau adalah musibah yang paling besar bagi kita semua. Adapun syari’at menganjurkan untuk mengungkapkan rasa syukur dan kenikmatan dan bersabar serta tenang ketika tertimpa musibah. Dan sungguh syari’at memerintahkan untuk ber’aqiqah ketika (seorang anak) lahir, dan supaya menampakkan rasa syukur dan bergembira dengan kelahirannya dan tidak memerintahkan untuk menyembelih sesuatu atau melakukan hal yang lain ketika kematiannya bahkan syari’at melarang meratap (an‐niyahah) dan menampakkan keluh kesah (kesedihan). Maka jelaslah bahwa qa’idah‐qa’idah syari’at yang menunjukkan yang paling baik pada bulan ini (bulan Maulid) adalah menampakkan rasa gembira atas kelahirannya Nabi Muhammad dan bukan (malah) menampakkan kesedihan-kesedihan atas wafatnya Beliau”.

ما من بيت أو مسجد أو محلة قرىء فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم هلا حفت الملائكة بأهل ذلك المكان وعمهم الله بالرحمة والمطوقون بالنور يعني جبريل وميكائل وإسرافيل وقربائيل وعينائيل والصافون والحافون والكروبيون فإنهم يصلون على ما كان سببا لقراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم

“Tiada sebuah rumah atau mesjid atau tempat pun yang dibacakan di dalamnya Maulid Nabi melainkan dipenuhi malaikat yang meramaikan penghuni tempat itu dan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan rahmat dan yang memberikan cahaya itu yakni ‐Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Inail, As-Shafun, Al-Hafun dan Al-Karubiyun-, maka sesungguhnya mereka (malaikat) itulah yang menshalawatkan (mendo’akan)nya karena membaca Maulid Nabi.”

وما من مسلم قرىء في بيته مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا رفع الله تعالى القحط والوباء والحرق والآفات والبليات والنكبات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص عن أهل ذلك البيت فإذا مات هون الله تعالى عليه جواب منكر ونكير وكان في مقعد صدق عند مليك مقتدر

“Dan tidak ada seorang muslim pun yang membaca Maulid Nabi di dalam rumahnya melainkan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengangkat wabah kemarau, kebakaran, karam, kebinasaan, kecelakaan, kebencian, hasad dan penglihatan yang jahat, serta pencurian dari ahli‐ahli rumah tersebut. Maka jika seorang muslim tersebut meningggal dunia, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memudahkan baginya dalam menjawab (pertanyaan) Malaikat Munkar dan Nakir. Dan mereka akan ditempatkan di dalam tempat yang benar pada sisi‐sisi Raja yang berkuasa (Allah Subhanahu wa Ta'ala)”.

Sumber: http://www.ngaji.web.id/

Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )


Previous
« Prev Post

Cari Artikel di Blog Ini