Baca Juga
Ath-Thabrani telah meriwayatkan dari Imam Abu Hanifah sebagai berikut:
جالسواالكبراء وسائلواالعلماء وخالطواالحكماء
“Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para kubara, dan bertanyalah kepada para ulama serta dekatlah kalian dengan para hukama.”
Dalam riwayat yang lain:
جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء
“Hendaklah kamu berkumpul dengan para ulama, bersahabat dengan para hukama dan dekat dengan para kubara.”
Mengenai bertanya kepada para ulama, hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya' [21]: 7)
Dan mengenai berkumpul bersama para ulama atau hukama, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi [18]: 28)
Ulama dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
- Ulama, yaitu orang yang 'alim (pengetahuannya luas) tentang hukum-hukum Allah dan mereka itu berhak memberikan petunjuk (nasihat).
- Hukama adalah orang-orang yang mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dekat dengan mereka dapat membuat watak menjadi terdidik, karena dari hati mereka bersinar cahaya ma’rifat (mengenali Dzat Allah lebih dekat lagi dan rahasia-rahasia yang lain) dan dari jiwa mereka terpantul sinar keagungan Ilahi.
- Kubara, yaitu orang-orang yang dianugerahi ma’rifat terhadap hukum-hukum Allah dan terhadap Dzat Allah.
Berkumpul dengan orang yang 'alim (mengetahui tentang Allah) dapat mendidik tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini tidak lain karena pengaruh kebiasaan-kebiasaan mereka yang tentunya lebih baik daripada lisan. Jadi, kebiasaan seseorang yang dapat bermanfaat bagimu, tentu akan bermanfaat pula ucapannya. Begitu juga sebaliknya.
As-Sahwardi pernah meninjau ke sebagian masjid Al-Khaif di Mina seraya memandangi wajah orang-orang yang berada di dalamnya. Lalu beliau ditanya oleh seseorang (yang berada di sana), “Mengapa tuan memandang wajah-wajah orang itu?” Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan beberapa orang yang apabila memandang kepada orang lain maka orang yang dipandangnya itu akan merasa damai (bahagia) dan saya pun sedang mencari orang yang seperti itu.”
Referensi:
Nasha‐ihul Ibad fi Bayani al‐Faadzi al‐Munabbihaat ‘alal Isti’daadi li Yaumil Ma’adi , karangan Asy‐Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al‐Bantani rahimahullah)
Nasha‐ihul Ibad fi Bayani al‐Faadzi al‐Munabbihaat ‘alal Isti’daadi li Yaumil Ma’adi , karangan Asy‐Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al‐Bantani rahimahullah)
Terimakasih sudah berkunjung & berbagi. ( Lintang Sanga )